Opini, rakyatbicara.co.id – Assalamualaikum wr. wb. Ikhwan Tataros Yang Dicintai Alloh Swt. Kita sering kali terjebak dalam perangkap perbandingan dengan orang lain. Namun, perbandingan ini seharusnya bukanlah untuk meningkatkan kemampuan diri sendiri, melainkan untuk mencari-cari kesalahan dan bahkan berujung pada tindakan negatif seperti menggunjing dan mendengki.
Sikap ini bahkan dapat melahirkan fitnah yang tidak berdasar terhadap orang lain. Akibatnya, kita selalu melihat orang lain dari sudut pandang yang negatif tanpa pernah berupaya untuk memikirkan hal-hal positif atau melakukan introspeksi diri.
Kita sering kali bertanya-tanya mengapa rezeki kita terasa sedikit atau sulit, sementara orang lain tampak begitu mudah mendapatkannya bahkan dalam jumlah yang melimpah. Namun, alih-alih melakukan introspeksi diri, kita sering kali menyalahkan orang lain dengan tuduhan buruk atau negatif. Padahal, sebenarnya kita tidak pernah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Hanya Allah yang Maha Tahu.
Agama Islam melarang kita untuk bermaksud buruk terhadap orang lain, apalagi sampai mendengki, memfitnah, dan menyakiti mereka. Sebaliknya, Islam mendorong kita untuk melihat ke dalam diri sendiri, melakukan introspeksi, dan berprasangka baik terhadap orang lain. Keberhasilan atau kesuksesan orang lain seharusnya menjadi inspirasi bagi kita untuk berusaha semaksimal mungkin sambil berdoa kepada Allah agar rezeki kita juga lancar dan berlimpah, bukan malah sibuk dengan urusan orang lain yang mungkin sama sekali tidak kita kenal.
Kita tidak perlu merasa sedih ketika melihat keberhasilan atau kesuksesan orang lain. Sebab, Allah telah menetapkan rezeki masing-masing orang, dan itu berbeda-beda. Terlalu sering kita lupa bahwa rezeki dari Allah tidak selalu berbentuk materi.
Kesehatan, keselamatan, ketenangan, keamanan, dan sebagainya, juga merupakan bagian dari rezeki. Semua itu adalah karunia dari Allah kepada kita yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain yang tampak hidup sejahtera. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur atas apa yang kita miliki.
Untuk menghindari perasaan iri hati atau kecil hati terhadap pencapaian orang lain yang kita anggap ideal, Rasulullah memberikan petunjuk dalam salah satu hadisnya, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam hal harta atau kekayaan) dan janganlah melihat orang yang berada di atasmu, karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak menganggap remeh nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Pesan yang disampaikan oleh Tataros kali ini adalah agar manusia tidak terus-menerus merasa kurang, sehingga kita tidak pernah bersyukur kepada Allah atau menyadari karunia-Nya yang ada pada diri kita. Kita perlu menyadari bahwa ada orang lain yang mungkin lebih menderita daripada kita. Dengan melihat dan memahami situasi mereka, kita akan semakin sadar betapa besar kasih sayang Allah kepada kita.
Oleh karena itu, tidak peduli seberapa sulit rezeki yang kita dapatkan atau seberat beban hidup yang kita pikul, jangan pernah berkecil hati atau putus asa. Ketika kita yakin bahwa Allah selalu dekat dengan kita dan mencintai kita, Dia tidak akan pernah membiarkan kita menderita atau kesulitan tanpa hikmah yang tersembunyi. Yang perlu kita lakukan hanyalah bersyukur kepada-Nya atas segala yang telah diberikan-Nya.
Melihat dengan bijak pada segala hal yang kita miliki akan membantu kita menghargai nikmat-nikmat kecil dalam hidup kita. Rezeki yang diberikan oleh Allah tidak selalu terlihat dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk kesehatan, kebahagiaan, cinta, dan berbagai hal lainnya yang membuat hidup kita bermakna.
Jadi, mari kita tinggalkan sikap iri hati dan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Alih-alih merasa kurang, kita perlu menghargai dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Kita tidak perlu terus-menerus mencari kelemahan orang lain atau memikirkan mengapa rezeki mereka lebih baik daripada kita. Sebaliknya, fokuslah pada usaha dan upaya kita sendiri untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan.
Allah telah menetapkan takdir dan rezeki masing-masing individu. Jadi, daripada sibuk memikirkan apa yang dimiliki orang lain, lebih baik kita fokus pada diri sendiri, meningkatkan kemampuan dan kualitas diri, serta menjalankan tugas dan tanggung jawab kita dengan baik.
Dengan mengikuti ajaran Islam untuk selalu berprasangka baik, berintrospeksi, dan bersyukur, kita dapat mencapai kebahagiaan sejati dan menemukan kedamaian dalam hidup kita. Mari tinggalkan sikap iri hati dan berlomba-lomba dalam kebaikan, sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain. Wassalam.