Bogor, rakyatbicara.co.id – Dua individu yang terinfeksi HIV/AIDS di Bogor menekankan pentingnya terlibat dalam hubungan seksual yang normal dan menyimpang, serta menghindari pergantian pasangan yang sering dan perilaku seksual yang deviatif.
Hingga saat ini, mereka memilih untuk merahasiakan diagnosis HIV/AIDS mereka, karena takut akan stigma sosial dan diskriminasi yang mungkin timbul. Akibatnya, kedua individu ini tetap terbuka mengenai status positif mereka terhadap penyakit yang saat ini belum memiliki obat.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara testimonial HIV/AIDS yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Strategis Bogor (Lekas) sebagai bagian dari peringatan Hari Keluarga Nasional, yang diadakan di Hotel Rijen Pajajaran di Kota Bogor pada hari Senin (3/7/2023).
Direktur Mucksin Zaenal Abidin menyatakan bahwa lembaga ini secara konsisten memberikan dukungan dan meningkatkan kesadaran mengenai HIV/AIDS. Selama acara ini, ia menyoroti berbagai pencapaian dan upaya yang dilakukan oleh lembaga ini dalam memerangi penyakit yang tidak dapat disembuhkan ini.
Selama acara tersebut, kedua individu yang terinfeksi HIV/AIDS, yang disebut Rio dan Mei, berbagi pengalaman mereka. Mereka mengungkapkan bahwa pada tahap awal infeksi HIV/AIDS mereka, tidak ada gejala yang terlihat selain penurunan berat badan drastis dan hilangnya nafsu makan.
Mereka mengakui bahwa ketiadaan gejala yang berlangsung lama akhirnya menyebabkan demam, sakit tenggorokan, dan kelemahan secara keseluruhan. Setelah mencari perawatan medis dan menjalani tes darah, keduanya didiagnosis positif HIV/AIDS.
Setelah mendapat kabar yang mengkhawatirkan ini, Mei mengalami kemarahan dan ketidakpercayaan, tetapi akhirnya menerima kondisinya. Ia menjalani isolasi selama 10 hari di rumah dan mendapatkan obat anti-retroviral (ARV). Sejak memulai pengobatan ARV, kesehatannya telah membaik, dan ia telah kembali bersemangat menjalani hidup.
“Pada kesempatan ini, kami mengimbau suami untuk terlibat dalam hubungan yang saling menghormati dan setia,” ujar Mei.
Penting untuk dicatat bahwa individu seperti dirinya, sebagai ibu rumah tangga yang menjalani rutinitas sehari-hari, tidak pernah terlibat dalam perilaku berisiko. Mei dan Rio merupakan contoh dari konsekuensi yang menghancurkan dari HIV/AIDS, yang menekankan pentingnya menjaga hubungan seksual yang normal dan menghindari perilaku seksual yang deviatif.